Cerita Inspirasi Religi : (Barirah) Wanita yang Teguh Pendiriannya

(Barirah) Wanita yang Teguh Pendiriannya

 

Wanita yang Teguh Pendiriannya
Wanita yang Teguh Pendiriannya

Sebelum Islam diturunkan ke bumi, perempuan bagaikan makhluk yang hina. Para pria sesuka hati memperlakukan kaum Hawa. Mereka merampas dan memperkosa hak-haknya. Lalu mencampakkan begitu saja. Nasib sedih itu terjadi pada seorang budak wanita bernama Barirah. Majikannya bernama Utbah bin Abu Lahab. Dia berniat menikahkan Barirah dengan budak kulit hitam bernama Mughits milik Bani Al-Mughirah.

Sebagai budak, Barirah tidak bisa menolak keinginan majikannya. Padahal, hati kecilnya tidak ikhlas menikah dengan Mughits. Maka, ia pun mencari jalan keluar dengan cara memerdekakan diri dengan perjanjian menyicil sejumlah uang sebagai ganti harga dirinya kepada majikan.

Barirah pergi menemui istri Rosulullah, Aisyah, untuk meminta bantuan. Aisyah berkata, “Kembalilah pada tuanmu dan katakan kalau mereka mau, aku akan membayar tunai seluruh hargamu. Setelah itu, akan kumerdekakan dirimu, sedangkan hak wala’-mu ada padaku.”

Pesan Aisyah disampaikan kepada Uthbah bin Abu Lahab. Namun hasilnya nihil, si majikan menolak usulan tersebut. Dia menginginkan wala’ Barirah tetap dimiliki Utbah. Permasalahan ini didengar oleh Rasulullah. Beliau lalu bertanya duduk permasalahan ini kepada istrinya. Aisyah pun menceritakan apa yang terjadi. Mendengar penuturan Aisyah, Rasulullah Saw, bersabda, “Belilah dia, lalu merdekakan. Sesungguhnya hak wala’ (kekerabatan) itu bagi orang yang memerdekakan.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Ketika berkhutbah di hadapan kaum muslimin, Rasulullah Saw. Bersabda, “Bagaimana kiranya keadaan suatu kaum, jika mereka mengajukan syarat yang tidak ada dalam kitab Allah (Al-Qur’an). Syarat apa pun yang tidak ada dalam Al-Qur’an, maka syarat itu batil, meskipun seratus kali mereka mengajukan syarat. Ketetapan Allah itu lebih benar, syarat Allah itu lebih kokoh. Bagaimana kiranya salah seorang dari mereka bisa mengatakan, “Bebaskanlah budak, wahai Fulan, sementara wala’nya untukku. Sesungguhnya wala’ itu hanya untuk orang yang memerdekakan.”

Berkat Rasulullah, akhirnya Barirah mendapat hak merdeka. Waktu itu diajukan pula pilihan, apakah Barirah akan tetap melanjutkan hidup bersama suaminya, atau ingin berpisah. Rasul menasehati agar Barirah tetap mempertahankan pernikahannya dengan Mughits.
Ternyata Barirah lebih memilih berpisah dengan suaminya. Mengetahui pilihan pedih tersebut, Mughits menyatakan tidak rela. Dia menangis berharap bisa tetap hidup dengan istrinya.

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, ia berkata, “Suami Barirah adalah seorang hamba sahaya bernama Mughits. Saat memandangnya, seolah-olah saya melihatnya berkeliling di belakang Barirah sambil menangis dan air matanya mengalir hingga membasahi jenggotnya.”

Namun, Barirah tetap pada sikapnya semula: berpisah. Melihat hal itu, Rasul berkata kepada pamannya, Abbas, “Wahai Paman, tidakkah engkau merasa takjub pda rasa benci Barirah terhadap Mughits, dan rasa cinta Mughits pada Barirah?”
Rasulullah lalu berkata kepada Barirah, “Takutlah kepada Allah, sesungguhnya dia adalah suamimu dan bapak dari anakmu.”
Barirah menjawab, “Apakah Rasul menyuruh saya?”
Rasulullah menjawab, “Aku Cuma menyarankan saja.”
Barirah berkata, “Kalau begitu, saya tidak mempunyai kepentingan dengannya (Mughits).” (HR. Bukhari)

Begitulah ajaran islam, sangat menghormati kaum perempuan. Kemuliaan akhlak Rasulullah yang tidak menggunakan kedudukannya sebagai Nabi untuk menyuruh Barirah rujuk. Beliau hanya memberikan anjuran atau saran, bukan suatu kewajiban yang harus ditaati. Betapa indahnya perilaku Rasulullah Saw, dan betapa tingginya ketaatan Barirah kepada Beliau. Walaupun sebagai budak, Barirah mendapatkan kedudukan yang mulia disisi Rasulullah. Namanya termasuk dalam deretan perempuan teladan yang hidup di masa Rasul di Madinah.

Pesan Moral :

Walaupun kita sebagai orang yang memiliki kedudukan yang tinggi dalam masyarakat, hendaknya kita selalu merasa kalau kita berada dalam kedudukan sama dengan orang lain bahkan pengemis sekalipun dimata Allah. Jadi hendaknya kita memperlakukan siapa pun secara sama tanpa membeda-bedakan.

Semoga sahabat mococerpen dapat mengambil hikmah beserta pelajaran dari artikel di atas yang berjudul (Barirah) Wanita yang Teguh Pendiriannya. Termikasih sudah berkunjung dan membaca artikel diblog mococerpen. Semoga blog mococerpen ini dapat dijadikan sebuah tempat yang didalamnya berisi manfaat bagi sahabat mococerpen khususnya. Amiiinnnn. . .

Daftar Pustaka : “Kisah-kisah Wanita Super Inspiratif” penulis Nur Kholish Rif’ani.


--------------------*****--------------------





 

Jangan lupa sukai fanspage Facebook Moco Cerpen dan follow twitter @MC_MocoCerpen ya sahabat.

4 komentar

Semua manusia itu sama di hadapan Allah, yang membedakan tingkatan Taqwanya :)

السلام عليكم بارك الله فيك لم استطع قراة الموضوع بسبب قلة معرفتي باللغه لكن انه يحترى على اشرف الخلق عليه افضل الصلاة والسلام وزواجته الكرام اخي او اختي الكريم مدونة جميله ومميزه لكن سوالي لماذا لا تشترك في ادسنس اللارباح فمدونتك جميله باامواضيع المفيده

iya gan emang, wanita dulu parah

Mantep nih ceritanya, dan iya gan, tentu kita harus merasa kedudukannya sesama manusia.
dan ayye setujuh sama komentar yg Pertamaxx, yg membedakannya adalah Taqwa