Cerpen Percintaan Romantis : Cinta Berawal Dari Sebuah Apel

1 comment
Cerpen Percintaan Romantis : Cinta Berawal Dari Sebuah Apel
Cinta Berawal Dari Sebuah Apel

Cerpen Percintaan Romantis : Cinta Berawal Dari Sebuah Apel

Cerpen Percintaan Romantis - Hai sobat Moco Cerpen, kali ini admin akan memberikan sebuah cerpen berjudul Cinta Berawal Dari Sebuah Apel, dalam cerpen ini terdapat sebuah Inspirasi dalam cinta. mari kita baca seperti apa ceritanya.

Waktu itu aku baru saja memasuki hari - hari sebagai mahasiswa baru. Semuanya terasa sempurna, teman baru yang menyenangkan dan suasana baru yang penuh tantangan, hingga penyakit tifus datang menyapaku. Aku terbaring di rumah sakit hampir sebulan lamanya.

Teman - temanku bergantian menengok dan memberiku dukungan, tidak sedikit pula yang berusaha menarik perhatianku dengan membawa serangkaian bunga atau kembang gula. Tapi ada seorang pria pendiam yang membuatku penasaran, dia mengaku salah satu dari teman sekelasku. Meski aku merasa pernah melihat wajahnya, aku tidak ingat dia ada di kelasku.

Adrien, nama pria itu. Ia selalu membawakanku sebutir apel setiap hari, hanya sebuah. Dia mengunjungiku dari hari pertama aku dirawat sampai akhirnya aku sembuh dan diizinkan pulang. Meski heran, aku mencoba menahan diri untuk bertanya mengapa dia hanya membawakanku sebutir apel setiap hari, bukan sebuket bunga, setidaknya sekeranjang apel, atau tidak sama sekali, itu tentu tidak akan lebih aneh daripada sebutir apel saja.

Saat aku kembali ke kampus, yang pertama kucari adalah Adrien. Aku selalu penasaran apakah dia benar teman sekelasku ? Ternyata dia memang ada di sana, duduk di kursi paling pojok dan seharian hanya tidur di kelas. Aku tak menyapanya dan melakukan kegiatan belajarku seperti biasanya. Tapi saat pulang, aku kembali menemukan sebutir apel di lokerku.

Keesokan harinya aku membangunkan tidurnya dan mengajaknya makan siang bersama. Kali ini aku tidak bisa menahan keingintahuanku tentang sebutir apel yang selalu diberikannya kepadaku.

Aku begitu terkejut ketika mendengar awal kisah sebutir apel itu ternyata dimulai olehku sendiri. Saat itu masa orientasi mahasiswa baru. Menurut Adrien, ia lupa membawa bekal karena terlambat bangun. Lalu seorang wanita bertubuh pendek, yaitu aku, menawarkan sebutir apel karena melihatnya tidak membawa bekal saat makan siang. (Baca Juga : Tips Dan Trik Cinta)

Ia bilang hatinya merasa tersentuh karena wanita itu tidak menanyakan alasannya tidak membawa bekal, meski mungkin lebih karena wanita itu tidak peduli padanya. Tetapi untuk pertama kalinya bagi Adrien, seorang yang tidak peduli padanya justru menyelamatkan dirinya hari itu.

Saat itu ia nyaris pingsan karena lapar dan tidak tahu harus meminta tolong kepada siapa karena tidak ada orang yang dikenalnya. Sejak saat itu, ia mengaku sangat menyukai buah apel. Sebutir apel yang ia berikan setiap hari merupakan balasan kebaikanku dulu.

Ia mengandaikan buah apel sepotong cinta, ia berikan sebutir setiap hari dan akan selalu sama. Meski mungkin dia tidak menawarkan cinta yang berlebihan dengan sebuket mawar atau sekotak kembang gula, hanya sebutir apel sederhana, tapi baginya cintanya padaku tidak akan pernah berubah. Dia tidak mencoba menarik perhatianku dengan sesuatu yang wah, tapi hanya menawarkan sepotong cinta yang setia, cinta yang sederhana.

Aku mungkin merasa tidak percaya seorang Adrien yang agak antisosial bisa berpikir tentang cinta seperti sebuah apel, tapi dalam kenyataan hidup hal itu memang terjadi.

Kebaikan yang tidak kita sadari bisa menggugah perasaan seseorang sampai ia rela memberikan cintanya dengan tulus kepada kita. Jadi, buat kamu yang belum menemukan cinta, mungkin di suatu tempat kebaikan yang tidak kamu sadari itu justru bisa membuat orang jatuh cinta.

Kamu tidak perlu menarik perhatian dengan memberikan segala macam barang karena cinta itu adalah hal yang sederhana, tawarkan cinta seperti apa adanya, meski itu hanya sepotong saja.

Bagaimana sobat tentang cerita diatas, apakah sobat sudah mengerti arti cinta sebenarnya, cinta sejati merupakan cinta yang diberikan secara tulus dan sederhana bukan yang diberikan karena kemewahan. Cukup sekian Cerpen yang dapat admin bagikan kepada sobat.

Baca Juga Cerpen Percintaan Romantis Lainnya :

Cerita Inspirasi Kehidupan : Kendaraan Seorang Bapak Tua Bijak

No comments
Cerita Inspirasi Kehidupan
Kendaraan Seorang Bapak Tua Bijak

 Cerita Inspirasi Kehidupan : Kendaraan Seorang Bapak Tua Bijak

Inspirasi Kehidupan - Cerita yang akan admin bagikan kali adalah bercerita sebuah kisah Kendaraan Seorang Bapak Tua Bijak. Dalam cerita kali ini, kita dapat mengambil beberapa point penting dalam menjalani kehidupan. Untuk mengetahui point penting tersebut, mari kita baca bersama kisahnya.

Matahari di padang pasir terasa membakar. Hanya sesekali angin bertiup, menerbangkan debu-debu yang memerihkan mata. Membuat seorang pemuda kerepotan mengarungi samudera pasir yang membentang luas. Namun, hatinya sedikit tenang. Unta yang di tungganginya masih muda dan kuat. Ia berharap kendaraannya ini sanggup untuk menempuh perjalanan yang jauh. Karena masih ada separuh perjalanan lagi yang harus ditempuh Sang Pemuda.

“Mudah - mudahan aku selamat sampai Makkah," katanya penuh harap. "Dan, segera melihat Baitullah yang selama ini aku rindukan.”

Panggilan rukun Islam kelima itulah yang telah membulatkan tekadnya mengarungi padang pasir yang terik.

Di tengah perjalanan, tiba - tiba Pemuda itu menatap tajam ke arah seseorang yang tengah berjalan sendirian di padang pasir.

'Kenapa orang itu berjalan sendiri di tempat seperti ini ?' tanya pemuda itu dalam hati. Sungguh berbahaya.

Pemuda tersebut menghentikan untanya di dekat orang itu. Ternyata, ia adalah seorang lelaki tua. Berjalan terseok - seok di bawah terik matahari. Lalu, Pemuda itu segera turun dari kendaraannya dan menghampiri.

“Wahai Bapak Tua, Bapak mau pergi ke mana ?” tanyanya ingin tahu.

“In syaa Allah, aku akan ke Baitullah,” jawab orang tua itu dengan tenang.

“Benarkah ?!” Pemuda itu terperanjat. Apa orang tua itu sudah tidak waras ? Ke Baitullah dengan berjalan kaki ?

“Betul Nak, aku akan melaksanakan ibadah haji,” kata orang tua itu meyakinkan.

“Maa sya Allah, Baitullah itu jauh sekali dari sini. Bagaimana kalau Bapak tersesat atau mati kelaparan ? Lagi pula, semua orang yang kesana harus naik kendaraan. Kalau tidak naik unta, bisa naik kuda. Kalau berjalan kaki seperti Bapak, kapan Bapak bisa sampai ke sana ?” Pemuda itu tercenung, merasa takjub dengan Bapak Tua yang ditemuinya.

Ia yang menunggang unta dan membawa perbekalan saja, masih merasa khawatir selama dalam perjalanan yang begitu jauh dan berbahaya. Siapapun tak akan sanggup menempuh perjalanan sejauh itu dengan berjalan kaki. Apa ia tidak salah bicara ? Atau memang orang tua itu sudah terganggu ingatannya ?

“Aku juga berkendaraan,” kata Bapak Tua itu mengejutkan.

Si Pemuda yakin kalau dari kejauhan tadi, ia melihat orang tua itu berjalan sendirian tanpa kendaraan apa pun. Tapi, Bapak Tua itu malah mengatakan dirinya memakai kendaraan.

Orang ini benar-benar sudah tidak waras. Ia merasa memakai kendaraan, padahal aku lihat ia berjalan kaki ... pikir si Pemuda geli.

“Apa Bapak yakin kalau Bapak memakai kendaraan ?” tanya Sang Pemuda itu menahan senyumnya.

“Kau tidak melihat kendaraanku ?” orang tua itu malah mengajukan pertanyaan yang membingungkan. Si Pemuda, kini tak dapat lagi menyembunyikan kegeliannya.

“Kalau begitu, apa kendaraan yang Bapak pakai ?” tanyanya sambil tersenyum.

Orang tua itu termenung beberapa saat. Pandangannya menyapu padang pasir yang luas. Dengan sabar, si Pemuda menunggu jawaban yang akan keluar dari mulut orang tua itu. Akankah ia mampu menjawab pertanyaan tadi ?

“Kalau aku melewati jalan yang mudah, lurus, dan datar, kugunakan kendaraan bernama Syukur. Jika aku melewati jalan yang sulit dan mendaki, kugunakan kendaraan bernama Sabar,” jawab orang tua itu tenang.

Si Pemuda ternganga dan tak berkedip mendengar kata-kata orang tua itu. Tak sabar, pemuda itu ingin segera mendengar kalimat selanjutnya dari lelaki tua tersebut.

“Jika takdir menimpa dan aku tidak sampai ke tujuan, kugunakan kendaraan Ridha. Kalau aku tersesat atau menemui jalan buntu, kugunakan kendaraan Tawakkal. Itulah kendaraanku menuju Baitullah,” kata Bapak Tua itu melanjutkan.

Mendengar kata-kata tersebut, si Pemuda merasa terpesona. Seolah melihat untaian mutiara yang memancar indah. Menyejukkan hati yang sedang gelisah, cemas, dan gundah. Perkataan orang tua itu amat meresap ke dalam jiwa anak muda tersebut.

“Maukah Bapak naik kendaraanku ? Kita dapat pergi ke Baitullah bersama-sama,” ajak si Pemuda dengan sopan. Ia berharap akan mendengarkan untaian-untaian kalimat mutiara yang menyejukkan jiwa dari orang tua itu.

“Terima kasih Nak, Allah sudah menyediakan kendaraan untukku. Aku tak boleh menyia-nyiakannya. Dengan ikut menunggang kendaraanmu, aku akan menjadi orang yang selamanya bergantung kepadamu,” sahut orang tua itu dengan bijak, seraya melanjutkan perjalanannya.

Ternyata, orang tua itu adalah Ibrahim bin Adham, seorang ulama yang terkenal dengan kebijaksanaannya.
*****
Untuk menempuh perjalanan kehidupan yang kita lalui ini. Bukan mobil mewah yang kita butuhkan sebagai kendaraan kita. Bukan pula harta melimpah yang kita butuhkan untuk bekal mengarungi kehidupan ini. Cukup hati yang lapang, yang dapat menampung segala kemungkinan keadaan. Menyediakan bahan bakar Syukur, Sabar, Ridha dan Tawakkal. Hidup akan terasa lebih indah jika merasa bahagia. Demikianlah sebuah Inspirasi yang dapat kita ambil dari kisah diatas. Untuk membaca Cerita Inspirasi lainnya sobat juga dapat mengunjungi kategori Inspirasi Wanita dan juga Cerita Inspirasi Sukses.

Baca Juga Cerita Inspirasi Kehidupan Lainnya :

Cerita Inspirasi Religi : Adzan Terakhir Bilal Ibn Rabbah

No comments
Cerita Inspirasi Religi
Adzan Terakhir Bilal Ibn Rabbah

Cerita Inspirasi Religi : Adzan Terakhir Bilal Ibn Rabbah

Cerita Inspirasi Religi - Selamat malam sobat sekalian. Dimalam yang indah ini, admin akan memberikan sebuah cerita yang menceritakan tentang kisah dizaman Nabi. Semoga cerita ini dapat menemani malam santai sobat sekalian serta dapat memberikan sedikit Inspirasi bagi kita semua. kisah ini berjudul Adzan Terakhir Bilal Ibn Rabbah. Mari kita membaca bersama-sama sobat.

Semenjak Rasulullah wafat, Sahabat Bilal ibn Rabbah menyatakan bahwa dirinya tidak akan mengumandangkan adzan lagi.

Ketika Khalifah Abu Bakar memintanya untuk menjadi muadzin kembali, dengan hati pilu nan sendu Bilal berkata, "Biarkan aku hanya menjadi muadzin Rasulullah saja. Rasulullah telah tiada, maka aku bukan muadzin siapa-siapa lagi."

Abu Bakar pun tak bisa lagi mendesak Bilal untuk kembali mengumandangkan adzan.

Kesedihan sebab ditinggal wafat oleh Rasulullah terus mengendap di hati Bilal. Dan kesedihan itu yang mendorongnya meninggalkan Madinah, dia bersama rombongan pasukan Fath Islamy berangkat menuju Syam, dan kemudian tinggal di Homs, Syria.

Sudah lama Bilal tak mengunjungi Madinah, hingga sampai pada suatu malam, Rasulullah hadir dalam mimpi Bilal, dan menegurnya, "Ya Bilal, Wa maa hadzal jafa ? Hai Bilal, mengapa engkau tak mengunjungiku ? Mengapa sampai seperti ini ?"

Bilal pun bangun terperanjat, segera ia mempersiapkan perjalanan ke Madinah untuk berziarah ke makam Rasulullah. Sekian tahun sudah dia meninggalkan Rasulullah. Setiba di Madinah, Bilal bersedu sedan melepas rasa rindunya pada Rasulullah, kepada Sang Kekasih.

Saat itu, dua pemuda yang telah beranjak dewasa mendekatinya. Keduanya adalah cucu Rasulullah Hasan dan Husein. Dengan mata sembab oleh tangis, Bilal yang kian beranjak tua itupun memeluk kedua cucu Rasulullah tersebut.

Salah satu dari keduanya berkata kepada Bilal, "Paman, maukah engkau sekali saja mengumandangkan adzan untuk kami ? Kami ingin mengenang kakek kami."

Ketika itu, Umar bin Khattab yang saat itu telah menjadi Khalifah juga sedang melihat pemandangan mengharukan tersebut, dan beliaupun juga memohon kepada Bilal untuk mengumandangkan adzan, meski sekali saja.

Bilal pun memenuhi permintaan itu.

Saat waktu shalat tiba, dia naik pada tempat dahulu biasa dia adzan pada masa Rasulullah masih hidup.

Mulailah dia mengumandangkan adzan.

Saat lafadz Allahu Akbar dikumandangkan olehnya, mendadak seluruh Madinah senyap, segala aktifitas terhenti, semua terkejut, suara yang telah bertahun - tahun hilang, suara yang mengingatkan pada sosok Nan Agung, suara yang begitu dirindukan itu telah kembali.

Ketika Bilal meneriakkan kata 'Asyhadu an laa ilaha illallah', seluruh isi kota madinah berlarian ke arah suara itu sambil berteriak, bahkan para gadis dalam pingitan mereka pun keluar.

Dan saat bilal mengumandangkan 'Asyhadu anna Muhammadan Rasulullah', Madinah pecah oleh tangisan dan ratapan yang sangat memilukan. Semua menangis, teringat masa-masa indah bersama Rasulullah, Umar bin Khattab yang paling keras tangisnya. Bahkan Bilal sendiri pun tak sanggup meneruskan adzannya, lidahnya tercekat oleh air mata yang berderai. Hari itu madinah mengenang masa saat masih ada Rasulullah diantara mereka.

Hari itu adalah adzan pertama dan terakhir bagi Bilal setelah Rasulullah wafat. Adzan yang telah menerbitkan rasa kerinduan penduduk Madinah kepada Rasulullah. Adzan yang tak bisa dirampungkan.

Dan pada saat itu, Kota Madinah banjir oleh air mata kerinduan kepada Rasulullah. Allaahumma Sholli 'Alaa Muhammad.

Demikianlah sebuah kisah yang dapat admin share kepada sobat. Kita doakan bersama semoga Bilal Ibn Rabbah bisa bersanding disisi Nabi dalam surga, Aminnn. Jika sobat Ingin membaca artikel penuh inspiratif lainnya, sobat dapat mengunjungi Kategori Inspirasi Kehidupan dan juga Inspirasi Wanita. dikategori tersebut banyak sekali nilai inspirasi yang dapat kita jadikan sebagai pelajaran dalam hidup. Cukup sekian, semoga artikel ini dapat bermanfaat dan menghibur sobat sekalian.

Sumber : alkisaah.blogspot.co.id

Baca Juga artikel lainnya mengenai Cerita Inspirasi Religi :

Inspirasi Kehidupan : Sebuah Pesan Dari Sesosok Ibu

No comments
Sebuah Pesan Dari Sesosok Ibu
Sebuah Pesan Dari Sesosok Ibu

Inspirasi Kehidupan : Sebuah Pesan Dari Sesosok Ibu

Inspirasi Kehidupan - Pada suatu hari, nampak ada seorang pemuda yang sedang tergesa-gesa memasuki sebuah restoran, ia memasuki lestoran tersebut karena kelaparan pasalnya sejak pagi dirinya belum sarapan. Setelah memesan makanan, seorang anak penjaja kue menghampirinya, "Om, beli kue Om, masih hangat dan enak rasanya!"

"Tidak Dik, saya mau makan nasi saja," kata si pemuda menolak.

Sambil tersenyum si anak pun berlalu dan menunggu di luar restoran.

Melihat si pemuda telah selesai menyantap makanannya, si anak menghampiri lagi dan menyodorkan kuenya. Si pemuda sambil beranjak ke kasir hendak membayar makanan berkata, "Tidak Dik, saya sudah kenyang."

Sambil terus mengikuti si pemuda, si anak berkata, "Kuenya bisa dibuat oleh-oleh pulang, Om."

Dompet yang belum sempat dimasukkan ke kantong pun dibukanya kembali. Dikeluarkannya dua lembar ribuan dan ia menyodorkan ke anak penjual kue tersebut. "Saya tidak mau kuenya, dik. Uang ini anggap saja sedekah dari saya."

Dengan senang hati diterimanya uang itu. Lalu, dia bergegas ke luar restoran, dan memberikan uang pemberian tadi kepada pengemis yang berada di depan restoran.

Si pemuda memperhatikan dengan seksama. Dia merasa heran dan sedikit tersinggung. Ia langsung menegur, "Hai adik kecil, kenapa uangnya kamu berikan kepada orang lain? Kamu berjualan kan untuk mendapatkan uang. Kenapa setelah uang ada di tanganmu, malah kamu berikan ke si pengemis itu?"

"Om, saya mohon maaf. Jangan marah ya. Ibu saya mengajarkan kepada saya untuk mendapatkan uang dari usaha berjualan atas jerih payah sendiri, bukan dari mengemis. Kue-kue ini dibuat oleh ibu saya sendiri dan ibu pasti kecewa, marah, dan sedih, jika saya menerima uang dari Om bukan hasil dari menjual kue. Tadi Om bilang, uang sedekah, maka uangnya saya berikan kepada pengemis itu."

Si pemuda merasa takjub dan menganggukkan kepala tanda mengerti. "Baiklah, berapa banyak kue yang kamu bawa? Saya borong semua untuk oleh-oleh." Si anak pun segera menghitung dengan gembira.

Sambil menyerahkan uang si pemuda berkata, "Terima kasih Dik, atas pelajaran hari ini. Sampaikan salam saya kepada ibumu."

Walaupun tidak mengerti tentang pelajaran apa yang dikatakan si pemuda, dengan gembira diterimanya uang itu sambil berucap, "Terima kasih, Om. Ibu saya pasti akan gembira sekali, hasil kerja kerasnya dihargai dan itu sangat berarti bagi kehidupan kami."

*****
Ini sebuah ilustrasi tentang sikap perjuangan hidup yang POSITIF dan TERHORMAT. Walaupun mereka miskin harta, tetapi mereka kaya mental! Menyikapi kemiskinan bukan dengan mengemis dan minta belas kasihan dari orang lain. Tapi dengan bekerja keras, jujur, dan membanting tulang.

Jika setiap manusia mau melatih dan mengembangkan kekayaan mental di dalam menjalani kehidupan ini, lambat atau cepat kekayaan mental yang telah kita miliki itu akan mengkristal menjadi karakter, dan karakter itulah yang akan menjadi embrio dari kesuksesan sejati yang mampu kita ukir dengan gemilang.

Demikialah artikel berjudul Sebuah Pesan Dari Sesosok Ibu. Dalam cerita diatas, seorang ibu memberikan pesan kepada anaknya yang berjualan kue untuk tidak menerima uang dari orang yang kasihan, tapi terimalah uang dari hasil menjual kuenya saja. pesan tersebut mengajarkan pada kita bahwa kita dalam kondisi sesusah apapun, harus tetap berjuang dan bekerja keras. Ibu merupakan sosok Inspirasi Wanita anak-anak dan keluarganya. Terima kasih sudah membaca artikel diblog mococerpen ini. jangan bosen untuk berkunjung lagi ya sobat, ditunggu. 

Baca Juga Cerita Inspirasi Kehidupan yang lainnya :

Inspirasi Kehidupan : Semangkuk Bakso Dihari Ulang Tahunku

1 comment
Semangkuk Bakso
Semangkuk Bakso

Semangkuk Bakso Dihari Ulang Tahunku

Inspirasi Kehidupan - Apa kabar sobat, sudah lama admin tidak posting diblog mococerpen ini. kali ini admin akan kembali posting dengan artikel berjudul Semangkuk Bakso Dihari Ulang Tahunku. Cerita ini mengisahkan seorang anak yang menyesal karena salah persepsi terhadap ibunya. Ia mengira bahwa ibunya beserta keluarganya tidak ingat lagi dengan hari ulang tahunnya, padahal tidak demikian. Artikel kali ini dapat menjadi hal yang menyentuh karena sosok seorang ibu merupakan Inspirasi Wanita bagi setiap anak dan keluarganya. oke langsung saja kita baca ceritanya ya sobat. selamat menikmati. 

Diceritakan disuatu kelarga, biasanya di hari ulang tahun Rindu, ibu pasti sibuk berada di dapur untuk memasak dan menghidangkan makanan kesukaannya. Tepat saat yang ditunggu-tunggu oleh Rindu, betapa kecewanya dirinya, tatkala melihat meja makan kosong, tidak nampak sedikit pun bayangan makanan kesukaannya terletak dimeja makannya. Rindupun merasa kesal, marah, dan jengkel atas hal tersebut.

"kenapa ini, apa ibu sudah tidak sayang lagi padaku. Apa ibu sudah lupa dengan hari ulang tahun anaknya sendiri, sungguh keterlaluan," dalam hati Rindu sambil menggerutu. "Ini semua bisa terjadi pasti gara-gara Billa sakit semalam sehingga ibu tidak ingat dengan hari ulang tahun dan makanan kesukaanku. Dasar anak manja!sindir Rindu terhadap Billa"


Rindu pun menunggu sampai siang, sepertinya orang serumah tidak ada yang peduli lagi kepadanya. Tidak ada yang memberikan ucapan selamat, ciuman, atau mungkin memberi kado untuknya.

Dengan perasaan marah dan sedih, Rindu pun memutuskan untuk pergi meninggalkan rumah begitu saja. Dengan kondisi perut kosong dan pikiran yang dipenuhi kejengkelan membuatnya berjalan sembarangan tak tau arah. Saat Rindu melewati didepan sebuah gerobak penjual bakso dan mencium aroma nikmat dari bakto tersebut, tiba-tiba Rindu sadar, betapa lapar perutnya! Dia menatap nanar kepulan asap di atas semangkuk bakso.

"Mau beli bakso, neng? Duduk saja di dalam," Tanya si tukang bakso.

"Mau, bang. Tapi saya tidak punya uang," jawabnya tersipu malu.

"Bagaimana kalau hari ini abang traktir kamu? Duduklah, abang siapin mi bakso yang super enak."
 

Rindu pun segera masuk kedalam untuk mencari tempat duduk.

Tiba-tiba, dia tidak kuasa menahan air matanya, "Lho, kenapa menangis, neng?" tanya si abang.

"Saya jadi teringat ibu saya, bang. Sebenarnya... hari ini adalah hari ulang tahun saya. Malah abang, orang yang tidak saya kenal, yang memberi saya makan. Ibuku sendiri tidak ingat hari ulang tahunku apalagi memberi makanan kesukaanku. Saya sangat merasa sedih dan kecewa, bang."

"Neng yang sangat cantik, abang yang baru pertama kali memberi makanan saja bisa bikin neng terharu sampai nangis begini. Lha, padahal ibu dan bapak neng, adalah orang yang selalu memberikan makan tiap hari, dari neng bayi sampai segede ini, apa neng pernah terharu begini? Jangan ngeremehin orangtua sendiri neng, ntar nyesel lho."tukan bakso sedikit memberikan nasehat.

Rindu seketika tersadar atas apa yang telah dilakukannya, "Kenapa aku tidak pernah berpikir seperti itu?"

Setelah menghabiskan makanan dan mengucap terima kasih kepada tukang bakso, Rindupun bergegas pergi menuju rumahnya. Setibanya di rumah, ibunya menyambut dengan pelukan hangat, wajah cemas sekaligus lega,

"Rindu, dari mana kamu seharian ini, ibu tidak tahu harus mencari kamu ke mana. Rindu, selamat ulang tahun ya. Ibu telah membuat semua makanan kesukaan Rindu. Rindu pasti lapar kan? Ayo nikmati makanan yang telah ibu buat semua itu."

"Ibu, maafkan Rindu," Rindu pun mengeluarkan air matanya dan sangat menyesal atas apa yang dipikirkannya di pelukan ibunya. Dan yang membuat Rindu semakin menyesal, ternyata di dalam rumah hadir pula sahabat-sahabat baik dan paman serta bibinya. Ternyata ibu Rindu membuatkan pesta kejutan untuk anank kesayangannya.



*****

Saat kita mendapatkan pertolongan atau menerima suatu pemberian sekecil apapun dari orang lain, sering kali kita merasa begitu senang dan selalu berterima kasih kepadanya. Namun sayangnya, kadang kasih dan kepedulian tanpa syarat yang diberikan oleh orangtua dan saudara tidak tampak di mata kita. Seolah menjadi kewajiban orangtua untuk selalu berada di posisi siap membantu, kapan pun.

Bahkan, jika hal itu tidak terpenuhi, segera kita memvonis, yang tidak sayanglah, yang tidak mengerti anak sendirilah, atau dilanda perasaan sedih, marah, dan kecewa yang hanya merugikan diri sendiri. Maka untuk itu, kita butuh untuk belajar dan belajar mengendalikan diri, agar kita mampu hidup secara harmonis dengan keluarga, orangtua, saudara, dan dengan masyarakat lainnya.


Bagaimana cerita diatas sobat, apakah bisa memberikan sebuah pelajaran bagi kita semua. Yah, seharusnya kita harus bisa mendapatkan sebuah manfaat yang luar biasa dari artikel diatas. terima kasih telah berkunjung diblog mococerpen dan jangan sampai bosan ya untuk selalu berkunjung.

Baca Juga Cerita Inspirasi Kehidupan Lainnya  :
1). Cerita Inspirasi Kehidupan : Andaiakan Kamu hidup Tinggal Menghitung Hari ?
2). Cerita Inspirasi Kehidupan : Seorang Ibu dan Menantu Wanita
3). Cerita Inspirasi Kehidupan : Mengais Rezeki Seteleh Adzan Berkumandang
4). Cerita Inspirasi Kehidupan : Pengorbanan Terhebat IBU

Cerita Inspirasi

Cerpen Popular