Cerita Inspirasi Religi : Kisah Cinta Seorang Syahid

No Comments

Kisah Cinta Seorang Syahid


Kisah Cinta Seorang Syahid
Kisah Cinta Seorang Syahid

Artikel kali ini saya ambil dari dari buku yang ditulis oleh Nur Kholish Rif'ani yang berjudul "Kisah-kisah Wanita Super Inspiratif". Semoga artikel ini dapat menginspirasi sahabat mococerpen, sehingga artikel ini tidak sia-sia kami publikasikan kepada kalian. Selamat membaca dan menikmati arikel ini.

Pada masa rosulullah, terdapat seorang pemuda bernama Zulebid yang tinggal di Madinah. Dia dikenal sebagai pemuda yang baik di kalanagan par sahabat. Juga dalam hal ibadahnya, dia termasuk orang yang rajin dan taat. Dari segi ekonomi dan finansial, ia pun terolong berkecukupan. Sebagai seorang yang telah dianggap mampu, dia hendak melaksanakan sunah Rosul, yaitu menikah. Beberapa kali ia meminang gadis di kota itu, namun selalu ditolah oleh pihak orangtua ataupun sang gadis dengan berbagai alasan.

Akhirnya, pada suatu pagi, dia menumpahkan kegalauanya itu kepada sahabat yang dekat dengan Rosulullah. “Coba engkau temui langsung Rosulullah. Semoga engkau mendapatkan jalan keluar yang terbaik bagimu,” ucap sahabat tersebut memberi nasehat.

Zulebaid kemudian mengutarakan isi hatinya kepada Nabi. Sambil tersenyum, beliau tersenyum, dan berkata, “Maukah engkau kunikahkan dengan putri si Fulan?”

“seandainya itu adalah saran darimu, aku terima. Wahai Rosulullah, putri si Fulan itu terkenal akan kecantikan dan keimanannya, dan hingga kini ayahnya selalu menolak lamaran dari siapa pun.”

“katakanlah aku mengutusmu,” sahut Nabi.

“Baiklah wahai Rosul,” ucap Zulebid. Dia segera bergegas pergi ke rumah si Fulan.
Sesampainya di rumah Fulan, Zulebid disambut sendiri oleh Fulan. “Ada perlu apa Saudara datang ke rumahku?” tanya Fulan.

“Rosulullah Saw. Yang mengutusku ke sini, aku hendak meminang putrimu,” jawab Zulebid sedikit gugup.

“Wahai anak muda, tunggulah sebentar, akan kutanyakan dulu kepada putriku.” Fulan menemui putrinya dan bertanya, “Bagaimana pendapatmu wahai putriku?”
Putrinya menjawab, “Ayah, jika ia datang karena diutus oleh Rosulullah, maka terimalah lamarannya, dan aku akan ikhlas menjadi istrinya.”

Akhirnya pagi itu juga, pernikahan diselenggarakan dengan sederhana. Zulebid lalu memboyong istrinya ke rumahnya. Sambil memandangi wajah istrinya, ia berkata “Duhai gadis yang di wajahnya terlukiskan kecantikan bidadari, apakah ini yang engkau idamkan selama ini? Bahagiakah engkau setelah memilihku menjadi suamimu?”
Istrinya menjawab, “Engkau adalah lelaki pilihan Rosul yang datang meminangku. Tentu Allah telah menakdirkan yang terbaik untukku. Tak ada kebahagiaan selain menanti tibanya malam yang dinantikan para pengantin.”

Zulebid tersenyum. Dipandanginya wajah indah itu. Namun, tiba-tiba terdengar suara pintu rumah diketuk. Ia pun segera bangkit dan membuka pintu. Seseorang laki-laki mengabarkan bahwa ada panggilan untuk berkumpul di masjid, panggilan berjihad dalam perang. Zulebid masuk kembali ke rumah dan menemui istrinya.

“Duhai istriku yang senyumannya menancap hingga ke relung batinku, demikian besar tumbuhnya cintaku kepadamu, namun panggilan Allah untuk berjihad melebihi semua kecintaanku itu. Aku mohon keridhaanmu sebelum keberangkatanku ke medan perang. Allah tentu mengetahui semua arah jalan hidup kita ini.”
Istrinya menyahut, “Pergilah suamiku, betapa besar pula cintaku kepadamu, tapi hak Allah yang maha Adil lebih besar kepemilikannya terhadap dirimu. Doa dan ridhaku menyertaimu.”

Zulebid lalu bersiap dan bergabung bersama tentara muslim menuju kemedan perang. Dia mengayunkan pedangnya dengan gagah berani, berkelebat, dan berdesis hingga beberapa orang musuh pun tewas ditangannya. Dia bertarung merangsek terus maju sambil senantiasa mengumandangkan kalimat tauhid ketika sebuah anak panah dari arah depan tidak mampu dihindarinya. Panah itu menancap tepat di dadanya. Zulebid terjatuh, berusaha menghindari anak panah lain yang berseliweran di udara. Ia merasa dadany mulai sesak, nafasnya tak beraturan, pedangnya pun mulai terkulai terlepas dari tangannya.

Sambil bersandari di antara tumpukan korban, ia merasa panggilan Allah sudah begitu dekat. Terbayang wajah kedua orang tuanya yang begitu dia kasihi. Teringat akan masa kecilnya bersama-sama saudaranya. Berlari-larian bersama teman sepermainannya. Berganti bayangan wajah Rosulullah yang begitu dihormati, dijunjung, dan dikaguminya. Hingga akhirnya bayangan rupawan istrinya yang baru dinikahinya pagi tadi. Senyum yang begitu manis menyertainya tatkala dia berpamitan. Wajah cantik itu demikian sejuk memandangnya  sambil mendoakannya. Detik demi detik, syahadat pun terucap dari bibir Zulebid. Perlahan-lahan matanya mulai memejam, dengan senyum menghiasi. Zulebid pergi menghadap Allah, gugur sebagai syahid.

Rosulullah dan para sahabat mengumpulkan syuhada yang gugur dalam perang. Di antara para mujahid tersebut terdapat tubuh Zulebid yang tegah bersandar di tumpukan mayat musuh. Akhirnya, jenazah Zulebid dkuburkan di suatu tempat, berdampingan dengan syuhada lain. Tanpa dimandikan, tanpa dikafankan, tanah terakhir ditutupkan ke atas makam Zulebid.

Rosulullah terpekur di samping pusara tersebut. Para sahabat terdiam membisu. Sejenak kemudian terdengar suara Rasulullah yang sedang menahan isak tangis. Air mata berlinang  dari pelupuk mata beliau. Beberapa waktu kemudian wajah beliau menengadah ke atas sambil tersenyum. Raut muka beliau berubah menjadi cerah. Belum hilang ras heran para sahabat, tiba-tiba Rasulullah menolehkan pandangannya ke samping sambil menutupkan tangan menghalangi arah pandangan mata beliau.

Akhirnya, kondisi kembali seperti semula. Para sahabat lalu bertanya-tanya, apa yang sebenarnya terjadi dengan Rasul. “Wahai Rasulullah, mengapa di pusara Zulebid engaku menangis?”

Rasul menjawab, “Aku menangis karena mengingat Zulebid. Pagi tadi dia datang kepadaku, meminta restuku untuk menikah dan diapun menikah hari ini juga. Ini hari yang bahagia. Seharusnya saat ini dia sedang menantikan malam pengantin.”

“Lalu mengapa kemudain engkau menengadah dan tersenyum?” tanya sahabat lagi.

“Aku menengadah karena kulihat beberapa bidadari turun dari langit dan udara menjadi wangi semerbak dan aku tersenyum karena mereka datang hendak menjemput Zulebid,” jawab Rasulullah.

“Mengapa kemudian engkau memalingkan pandangan dan menoleh kesamping sambil menutup mata dengan tangan?” tanya merka lagi.

“Aku menutup pandanganku karena sebelumnya kulihat, saking banyaknya bidadari yang menjemput Zulebid, beberapa diantarnya berebut memegangi tangan dan kaki Zulebid, hingga gaun salah satu bidadari tersebut ada yang sedikit tersingkap betisnya.”

Di ruamah, istri Zulebid menanti sang suami yang tidak kunjung kembali. Lalu terdengar kabar bahwa suaminya telah meninggal dunia. Malam menjelang terlelap dalam tidur, sejenak ia berada dalam keadaan setengah mimpi dan nyata.

Lamat-lamat ia seperti melihat Zulebid datang dari kejauhan sambil tersenyum, namun wajahnya menyinarkan kesedihan pula. Terdengar Zulebid berkada, “Istriku, aku baik-baik saja. Aku menunggumu di sini. Engkaulah bidadari sejatiku. Bila aku menyebut namamu, semua bidadari di sini akan menggumamkan perasaan cemburu padamu. Sebab, hanya engkau yang tercantik di hatiku.”

Setelah terbangu, istri Zulebid terdiam. Kedua matanya basah. Air matanya menggenang di pelupuk mata. Ia mengingat acara pernikahan tadi pagi dan bayangan suaminya yang baru saja hadir. Ia menggerakkan bibirnya dan berkata, “Suamiku, aku mencintaimu. Dengan semua ketentuan Allah ini bagi kita, aku ikhlas.”

Pesan Moral :

Sudah jarang dizaman sekarang ini, yang masih memiliki jiwa seperti Zulabid. Mampu mengutamakan perintah Allah Swt dari pada kenikmatan Dunia. Di zaman sekarang ini hampir kebanyakan orang selalu mengutamaan kenikmatan dunia, dari hal sepele sampai hal besar. Sebagai contoh kecil, dengan alasan yang sangat sibuk, sehingga meninggalkan kewajiban sebagai umat muslim yaitu shalat, kemudian ada juga yang beralasan malas menyisihkan uangnya untuk sedekah dijalan Allah karena akan membuatnya menjadi miskin. Dan masih banya contoh lainnya.

Semoga artikel berjudul Kisah Cinta Seorang Syahid diatas dapat bermanfaat bagi sahabat mococerpen yang  membacanya. Dan jangan bosan-bosan mengunjungi blog kami ya sahabat, setiap hari pasti ada postingan baru kok. Tunggu artikel yang lain lagi ya sahabat. Terima kasih sudah membaca artikel ini. :-D


--------------------*****--------------------






Jangan lupa sukai fanspage Facebook Moco Cerpen dan follow twitter @MC_MocoCerpen ya Sahabat.

Bagikan Artikel :