Dongeng Zaman Dahulu : Legenda Tangkupan Perahu Dalam Kepercayaan Masyarakat Jawa Barat (Sangkurian dan Dayang Sumbi)

3 comments

Legenda Tangkupan Perahu Dalam Kepercayaan Masyarakat Jawa Barat (Sangkurian dan Dayang Sumbi)

 
Dongeng Zaman Dahulu : Legenda Tangkupan Perahu Dalam Kepercayaan Masyarakat Jawa Barat (Sangkurian dan Dayang Sumbi)
Legenda Tangkupan Perahu Dalam Kepercayaan Masyarakat Jawa Barat (Sangkurian dan Dayang Sumbi)

Malam sahabat mococerpen, malam ini mococerpen akan membagikan sebuah artikel yang dapat menemani sahabat sekaian. Artikel yang kami bagikan kali ini berupa dongeng legenda yang sudah sering kita dengar entah dari cerita-cerita orang tua maupun dari sinetron televisi. Legenda ini merupakan legenda kepercayaan masyarakat jawa barat. Mungkin mococerpen merupakan sebuah blog yang mungkin ke-1000 yang mengulas kembali mengenai legenda ini. Namun kami berpikir tidak ada salahnya jika kami ulas kembali sebagai isi dari blog mococerpen dengan bahasa yang mungkin lebih simple dan sederhana serta ringkas. Dengan mengulas kembali atau membagikan arikel ini, berarti kami secara tidak langsung sudah ikut mempertahankan dan melestarikan budaya Indonesa. Ok sudah lah pembukaanny, sekarang waktunya membaca artikelnya. Semoga artikel yang berjudul Dongeng Zaman Dahulu : Legenda Tangkupan Perahu Dalam Kepercayaan Masyarakat Jawa Barat (Sangkurian dan Dayang Sumbi) dapat menghibur sahabat. Selamat menikmati dan membaca.
*****

Pada Zaman dahulu kala, ada sebuah kerajaan yang berdiri ditanah Nusantara kita, lebih tepatnya didaerah Jawa barat.  Kerajaan itu sangat tersohor namanya diberbagai penjuru daerah. Dikerajaan tersebut terdapat sorang putri yang sangat mempesona parasnya. Rakyat kerajaan dan segenap penghuni kerajaan mengenalnya dengan nama Dayang Sumbi. Banyak sekali raja serta pangeran yang ingin mempersuntingnya sebagai seorang istri, sehingga diantara mereka saling bersaing untuk mendapatkan sosok putri yang sangat cantik yaitu Dayang Sumbi. Supaya tidak terjadi sebuah peperangan dan untuk mencegah jatuhnya korban, karena persaingan untuk merebutan Dayang Sumbi. Akhirnya Dayang Sumbi mengasingkan dirinya di sebuah hutan belantara dan hanya ditemani oleh seekor anjing jantang yang ia beri nama Tumang.

Di suatu hari saat putri cantik yaitu Dayang Sumbi sedang menenun kain, secara tidak sengaja ia menjatuhkan tempat tenunnya. Karena gubug yang ia tempati diatas pohon yang lumayan tinggi, dayang sumbipun malas untuk mengambil tempat tenunnya yang jatuh kebawah. Secara tidak sengaja, tiba-tiba dari bibir dayang sumbi terlontar perkataan sumpah. “Siapapun yang mengambilkan tempat tenun itu dan membawakan kepadaku, maka jika dia seorang laki-laki akan aku jadikan seorang teman hidupku (suami) dan jika seorang perempuan maka akan aku jadikan seorang saudaraku.” Itulah sumpah yang terlontar dari mulut Dayang Sumbi. Tidak disangka ternyata anjing peliharaannyalah yang mengambilkan tempat tenun yang terjatuh yaitu siTomang. Maka Dayang sumbi harus menepati janji yang telah ia ucapkan tadi walaupun mengucapkannya secara tidak sengaja. Karena malu apa yang telah terjadi pada putrinya, sang raja mengasingkan Dayang sumbi ditengah hutan yang jauh dari permukiman bersama siTomang. Namun sebenarnya si tomang adalah jelmaan seorang dewa yang sangat tampan. Karena suatu kesalahan saat berada dikhayangan, akhirnya dewa itu diusir dari khayangan dan dikutuk menjadi anjing.  Setiap kali bulan purnama tiba, maka siTomang akan berubah menjadi pemuda yang gagah dan sangat tampan.

Setelah menjalani hidup berdua dihutan, tidak lama kemudian dayang sumbi mengandung dari anak siTomang. Lahirlah seorang anak laki-laki yang sangat kuat dan memiliki kecerdasan yang sangat luar biasa, anaknya tersebut mereka beri nama Sangkurian. Karena memiliki keturuan dewa, sangkuriangpun memiliki paras seperti siToman alias sang ayah yang memiliki perawakan gagah dan tampan. Hampir setiap hari Sangkuriang berburu dihutan ditemani oleh siTomang. Namun dengan alasan tertentu Dayang sumbi tidak pernah mengasih tahu jikalau sitomang adalah ayahnya.

Sampai suatu hari, sang ibu yaitu dayang sumbi ingin memakan hati menjangan. Keinginannya tersebut kemudian ia sampaikan kepada sang anak. Mendengar keinginan sang ibu, Sangkuriang pun segera pergi kehutan untuk berburu menjangan. Namun dalam waktu yang cukup lama, sangkuriang tidak kunjung mendapatkan binatang buruannya. Akhirnya sangkuriang melihat babi hutan melintas dihadapannya. Tanpa berpikir panjang, ia langsung menangkap babi hutan itu dan mengambi hatinya untuk diberikan kepada ibunya, dan berbohong pada ibunya kalau hati itu merupakan hati menjangan. Lalu sangkurian memerintahkan sitomang untuk mengejar babi itu, namun sitomang hanya duduk terdiam, seakan menunjukkan bahwa ia tidak mau disuruh menangkap babi hutan itu. Dengan sedikit kesal, sangkurianpun menakuti sitomang dengan panah yang ia bawa, dengan harapan agar sitomang menuruti perintahnya. Naman secara tidak sengaja, sangkurian melepaskan panah itu dan mengenai sitomang, akhirnya sitomang pun mati terkena panah dari sangkuriang.

Setelah melakukan hal tersebut, sangkuriang merasa bingung. Ia akhirnya mengambil hati sitomang dan membawanya pulang untuk diberikan kepada ibunya. Dia berkata bahwa hati yang ia bawa itu merupakan hati menjangan. Namun betapa terkejutnya setelah dayang sumbi mengetahi bahwa hati itu merupakan hati sitomang, suaminya. Dayang sumbi marah dan memukul kepala sangkuriang dengan gayung dari batok kelapa hingga mengalami luka. Karena merasa takut, sangkuriang akhirnya pergi meninggalkan rumahnya.

Setelah kejadian itu, dayang sumbi merasa sangat menyesal dan dia berharap supaya suatu saat nanti dapat bertemu lagi dengan sangkuriang,anaknya. Sementara itu, sangkuriang mengembara berkeliling keseluruh negeri. Dia berguru kepada banyak orang, hingga akhirnya menjadi pemuda yang sangat gagah dan sakti mandra guna.

Beberapa tahun telah berlalu, pengembaraan sangkuriang membawanya kembali ketempat dayang sumbi. Secara tidak sengaja sangkuriang dan dayang sumbi bertemu disungai. Dayang sumbi tidak mengenali bahwa pemuda yang ia temui itu adalah sangkuriang anaknya. Begitu juga sebaliknya, sangkuriang pun tidak mengenali dayang sumbi itu merupakan ibu kandunganya dulu. Setelah pertemuan tersebut, mulailah tumbuh benih-benih cinta dan mereka saling jatuh cinta satu sama lain.

Hari-hari telah mereka lalui dengan penuh rasa cinta. Namun ketika tengah memelai rambut sangkuriang yang sedang bersandar dipangkuannya. Dayang sumbi secara tidak sengaja melihat bekas luka yang dimiliki sangkuriang. Ia ingat bahwa dulu anaknya pernah dipukul bagian kepalanya. Karena hal tersebut, akhirnya dayang sumbi tersadar bahwa pemuda yang saat ini didepannya itu adalah anaknya sendiri. Mengetahui hal tersebut dayang sumbi langsung menolak sangkuriang dan mengatakan sejujurnya bahwa ia adalah ibu kandung yang telah melahirkannya.

Namun berbeda dengan sangkuriang sendiri. Saat itu sangkuriang suda dibutakan oleh cinta, ia tidak percaya dengan perkataan dayang sumbi dan tidak peduli. Ia tetap memaksa supaya dayang sumbi mau menikah dengannya. Dayang sumbi pun berusaha menolak dengan halus. Dengan memberikan sebuah syarat jika mau menikahi dirinya. Hal ini dilakukan supaya sangkuriang tidak jadi menikahinya. Syarat tersebut yaitu sangkuriang harus mampu membuat sebuah perahu yang sangat besar dan membendung sungai citarum dalam waktu hanya satu malam saja. Karena sangkuriang merasa dirinya sudah memiliki kekuatan yang sangat hebat, ia pun menyanggupi persyaratan tersebut. Sangkurianpun dengan sigap segera membuat sebuah perahu itu, ia meminta bala bantuan dari anak buahnya yang merupakan para makhluk halus. Dalam sekejab perahu dan bendungan sudah hampir selesai.

Melihat hal itu, dayang sumbipun mulai panik dan gelisah. Bagiamana jika sangkuriang mampu menyelesikan syaratnya dalam waktu semalam. Dia pun berdoa kepada sang maha kuasa agar perahu dan bendungan yang dibuat tidak bisa selesai dalam waktu semalam. Dayang sumbi kemudian melemparkan sehelai kain tenun yang dimilikinya. Secara ajaib, sehelai kain yang dilemparkan tadi mengeluarkan cahaya yang sangat terang seperti cahaya fajar menjelang pagi. Sehingga para makhluk halus yang sedang membantu sangkuriang ketakutan dan segera pergi menghilang. Menyadari pekerjaan yang sebenarnya sedikit lagi hampir selesai itu gagal, sangkuriangpun sangat marah. Kemudian ia melampiaskan kemarahannya dengan menendang perahu yang telah dibuatnya keangkasa dan terjatuh tengkurap ketanah. Dan konon katanya perahu yang ditendang itu berubah menjadi sebuah gunung tangkuban perahu. Sedangkan dayang sumbi agar tidak bebas dari kejaran sangkuriang, dengan menjadi sebuah bunga.

Jadi seperti itulah lagenda mengenai terjadinya gunung tangkuban perahu yang ada disekitar wilayah jawa barat. Tentang kebenarannya tidak ada yang tahu, karena itulah legenda kepercayaan masyarakat sekitar yang tidak bisa dihilangkan. Semoga artikel dengan judul Dongeng Zaman Dahulu : Legenda Tangkupan Perahu Dalam Kepercayaan Masyarakat Jawa Barat (Sangkurian dan Dayang Sumbi) dapat menjadi penghibur waktu luang sahabat. Terima kasih telah membaca dan meluangkan waktu sebentar untuk berkunjung diblog mococerpen.

--------------------*****--------------------
Jangan lupa sukai fanspage Facebook Moco Cerpen dan follow twitter @MC_MocoCerpen ya Sahabat.
Sahabat juga bisa membaca Dongeng Sebelum Tidur yang lain :
Bagikan Artikel :

3 komentar

Hahaha kepengen balik k zaman anak2 lagi

waah cerita yang sangat populer dan menganduk pelajaran dari permsalahan yang terjadi siip gan ...:)

jadi inget masa kecil pas baca cerita ini